Melestarikan Budaya: Latihan Gamelan Rutin Warga Desa Teguhan

Teguhan, Grobogan — Setiap malam Minggu, suasana Desa Teguhan berubah menjadi lebih hidup dan penuh semangat. Di salah satu sudut desa, terdengar denting gamelan yang berpadu dengan alunan suara sinden, menciptakan harmoni indah yang memecah keheningan malam. Musik tradisional ini tak hanya menjadi hiburan, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang dijaga dengan sepenuh hati oleh warga desa.

Kegiatan latihan gamelan ini telah menjadi tradisi rutin yang melibatkan berbagai kalangan, mulai dari orang tua, remaja, hingga anak-anak. Mereka berkumpul bukan semata untuk berlatih, tapi juga untuk mempererat kebersamaan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap warisan budaya leluhur. Di tengah modernisasi yang kian pesat, keberadaan gamelan menjadi simbol bahwa akar tradisi masih mengalir kuat dalam kehidupan masyarakat Desa Teguhan.

Latihan dimulai selepas waktu Isya, ketika udara mulai sejuk dan suasana desa tenang. Warga berdatangan ke balai latihan, membawa semangat dan keceriaan. Dengan penuh kesabaran dan kekompakan, mereka memainkan alat-alat gamelan seperti saron, gong, kenong, dan bonang, dipandu oleh tokoh seni desa yang bertindak sebagai pelatih sekaligus pembimbing. Suara gamelan yang bertalu-talu dipadukan dengan vokal sinden menciptakan suasana yang hangat, meski malam begitu dingin.

Bagi warga Desa Teguhan, kegiatan ini bukan hanya soal musik. Gamelan menjadi sarana menjaga harmoni sosial, menanamkan nilai-nilai kebersamaan, disiplin, dan rasa hormat terhadap budaya sendiri. Mereka sadar bahwa tanpa upaya pelestarian dari generasi ke generasi, seni gamelan bisa saja hilang ditelan zaman.

Melalui latihan gamelan rutin ini, Desa Teguhan menunjukkan bahwa budaya bukan sekadar peninggalan, melainkan napas kehidupan yang terus dihidupi dan dirayakan bersama. Denting gamelan yang terdengar setiap malam Minggu menjadi bukti nyata bahwa tradisi tetap bisa hidup berdampingan dengan modernitas, dan budaya lokal tetap mendapat tempat di hati warganya.